Jangan berjanj jika kau tidak sanggup untuk menepatinya!
Kisahku dulu adalah kisah yang sangat
berharga dalam hidupku namun juga sangat mengerikkan untuk diingat. Terkadang
ketika kau tidak dapat membuat orang lain percaya padamu kau harus
membuktikannya seorang diri kebenaran tersebut. Menurutku tidak ada yang lebih
penting ketika kita ingin hidup berbaur dengan yang lain selain dari
kepercayaan orang pada kita, karena ketika orang tak lagi menyimpan kepercayaan
pada kita disitu kita orang yang sendiri dan tak dianggap bahkan diinjak injak,
seperti halnya aku yang dulu selalu diacuhkan terlebih oleh orangtuaku sendiri
mereka lebih percaya orang asing dibanding anak sulungnya.
Tlak...tlak...tlak perlahan namun
pasti dilorong sekolah yang sunyi dan hening Melda berjalan dengan santainya
melewati beberapa kelas yang sedang berlangsung kegiatan belajar mengajar. Di
jam kedua itu tidak ada satupun siswa yang berada diluar kelas. Tiba-tiba
terdengar suara menggema
“ woy, mau kemana lo? Bolos lagi ya?
” suara lelaki yang tidak terlalu berteriak tapi menggema keseluruh koridor itu membuat melda
menghentikan langkahnya dan berbalik ke belakang untuk sekadar menjawab
pertanyaan membosankan itu, dilihatnya Andrea berdiri di depan kelasnya, dia
adalah sahabat Melda kecil di taman kanak-kanak dan kini mereka baru bertemu
kembali dibangku SMU setelah 9 tahun lamanya mereka tak pernah bertemu. “ iya
gue izin ya, mau bolos ” jawab Melda dengan santai kemudian berjalan kembali
meneruskan langkahnya.
Melda dulu bukanlah Melda yang
sekarang Bahkan bukan Melda yang akan datang. Kepribadian ganda yang dimiiki
Melda sejak dia ditinggalkan oleh kedua oangtuanya kadang membuatnya tidak bisa
kontrol diri. Pagi disekolah kalau sedang dalam keadaan baik dia adalah siswa
cerdas juga ramah dan baik hati pada
setiap orang, semakin siang dia tidak karuan sampai sore menjelang malam kadang
dia tidak berperilaku seperti seorang pelajar.
Tidak banyak temannya yang mengetahui
keseharian Melda karena memang dia tidak punya banyak teman selama dua tahun
terakhir duduk di bangku SMU, selain itu diketahui guru- gurunya mengenal Melda
sebagai sosok yang pendiam dan tertutup, namun begitu dia adalah salah satu
siswa berprestasi di sekolahnya dengan nilainya yang tak pernah turun dan buruk
tapi sangat disayangkan dia juga termasuk siswa dengan kepribadian terburuk
dalam satu angkatannya karena terlalu sering absen karena bolos pada jam
pelajaran.
Selama dua tahun itu Melda sudah tujuh
kali di skors dan dua kali peringatan akan di DO, dengan begitu dua kali lagi
Melda melakukan pelanggaran dia akan benar- benar di DO dari sekolah karena
sudah tidak bisa ditoleran lagi kalau bukan karena prestasinya yang pernah
beberapa kali mengharumkan nama sekolah, guru-gurupun sudah tidak bisa berbuat
apa apa lagi, namun itu tak membuatnya jera, entah apa yang ada dalam pikirannya.
Beberapa menit dia masih berjalan
jalan di sekitar lingkungan sekolah tak membuat hatinya was- was, bagaimana
kalau dia di tangkap penjaga sekolah lalu diseret ke ruang wakasek kesiswaan
untuk yang kesekian kalinya dia tidak takut dengan wakasek kesiswaan bahkan
kepala sekolah sekalian. Didikan orangtuanya dulu dan kehidupannya sekarang
yang membuatnya tak kenal takut.
Sementara dia berjalan dengan pikiran
kosong berkelibatan ingatan ingatan masa kecilnya. Masa dimana ia merasa ia
adalah anak sulung yang paling bahagia di dunia ini, setiap apa yang
diinginkannya selalu dia dapatkan dengan segera setelah ia katakan pada
orangtuanya, teman teman yang menyenangkan selalu mengajaknya bermain, dia
selalu mendapatkan perhatian lebih dari siapapun yang mengetahui keberadaanya
di sekitar mereka bahkan guru- guru nya di taman kanak- kanak membuat sebagian
orangtua murid yang lain merasa iri.
Mengapa dia di perlakukan seperti
itu? tentu saja karena derajat orangtuanya. Ayahnya memiliki perusahaan kertas
mentah terbesar di Asia, Ibunya tercatat sebagai perempuan karir terkaya seAsia
yang kini akan membuka sebuah cagar industri kayu lapis di Auponhia pulau
mangole kepulauan sula- maluku utara dengan saham yang sebagian masih diluar
pantauan keamanannya yang terbesar di.....................hampir setiap bulan
mereka akan pergi keluar kota, keluar pulau bahkan luar negeri dan tentu melda
serta merta mereka ajak kalau melda libur sekolah, walau demikian melda sangat
menyayangi orangtuanya, setiap malam diucapkannya bahwa dia akan membuat
semuanya baik- baik saja dan akan tetap seperti itu keadaannya. Dia percaya
sesuatu tidak akan berubah kecuali ada yang merubahnya termasuk hidup yang dia
nikmati saat itu.
kemudian dia teringat pada Andrea,
sahabat karibnya ketika di taman kanak- kanak. Jelas dia masih sangat mengingat
apa yang telah di laluinya bersama Andrea. Suatu hari Melda tidak tahu bahwa
sejak saat itu kehidupan indahnya akan segera berubah, orangtuanya terlibat
konflik terlebih ayahnya yang kini tengah ada yang ingin menuntutnya yaitu
orang asing asal brunei bernama Laguas f yang ia percayai untuk memegang bagian
terpenting di perusahaan kertas milik ayahnya, diketahui orang itu juga adalah
kuasa hukum ibunya melda yang memegang seperempat sahamnya di brunei sana.
Tidak diketahui apa akar masalahnya yang pasti ada kejanggalan yang diduga
motif abstrak yang diciptakan oleh Laguas
sendiri.
Belakangan Lguas sering berkunjung ke
rumah Melda dan beberapakali bertemu dengannya. Melda tidak pernah menyukai
orang tersebut karena di nilainya dia terlalu baik dan terlihat mencuri
perhatian ibunya dengan bersikap
bijaksana dan baik hati bak seorang pahlawan. Namun ternyata lama kelamaan ia
mengajukan tuntutan pada beberapa pengadilan negeri di indonesia dan brunei juga
di kamboja bahwa ayahnya telah melibatkan setengah dari seperempat saham
istrinya yang di pegang Laguas, meski sebenarnya orangtua melda tidak terlalu
mempermasalahkan hal itu, justru Laguas yang membuat kobaran api dan ribut
sendiri, selain itu ia juga membuat berita yang begitu nyata bahwa ayahnya
melda tergabung komplotan pencuri kelas kakap di korea dan memasukkan hasil
curiannya kedalam saham istrinya sebagai ganti saham yang telah terpakai
olehnya. Kemudian cerita itu semakin gamblang lagi ia ajukan bahwa setelah
beberapa bulan tertangkap pantauan Laguas ayahnya memerintahkan beberapa
bawahannya untuk membunuh antek antekan Laguas diketahui juga sudah ada tiga
pihak yang melaporkan ayah melda yakni keluarga korban. Begitu rumit masalah
yang menghadang ayahnya melda namun belum ada bukti yang cukup kuat dari pihak
ayahnya. Dua bulan diserang habis habisan dan ibunya sering mendapat teror
mengerikkan begitu pula melda, sudah tiga kali melda hampir diculik oleh
kawanan tak dikenal.
Ketika itu hari jum’at, hujan
didaerah bogor serasa tiada hentinya setiap hari suhu udara rendah dan tanah
selalu basah terlebih di musim penghujan. Maret kecil berdiri seorang diri di
gerbang sekolahnya dengan badan menggigil basah kuyup, ia tidak menangis ia
adalah anak yang tegar, ketika itu sekolah sudah sepi semua murid dan
orangtuanya sudah pulang. Tanpa sepengetahuan maret rupanya disana juga ada
andrea yang belum pulang nasibnya sama seperti melda belum ada yang menjemput
biasa jam jam siang di puncak macet apalagi mendekati musim libur. Andrea kecil
menunggu di dalam kelas ia sedang sakit ia termenung dijendela kelas menatap
kosong ke arah gerbang tidak ada rasa takut dalam benaknya meski sendirian.
Lalu seorang guru datang untuk mengunci pintu namun mengetahui masih ada
seorang anak yang masih berada didalam kelas, lantas guru itu bertanya
”kenapa belum pulang? Andrea?”menghampiri sambil melihat
nameteks yang tertera di seragam andrea. ibu guru itu tidak dikenalnya karena
tidak mengajar di kelasnya.
Andrea menatap guru itu, lalu menjawab” ada anak perempuan
kehujanan disana, bu. Mungkin ia sedang menunggu jemputan tapi kenapa dia tidak
menyerah meski kehujanan sejak tadi, dan dia tidak terlihat menangis” katanya.
Ibu guru memandang ke gerbang tapi tidak menemukan siapapun
disana ”dimana?” sambil berjalan bersama andrea keluar kelas.
Maret menoleh kebelakang ke arak
kelas di sebrang lapangan terbuka yang penuh dengan arena permainan. Dilihatnya
seorang anak lelaki dengan perempuan setengah baya sedang memperhatikannya. Serta
merta dengan segera perempuan itu berlari menghampiri maret dan mendapati maret
yang dingin dan dalam kebekuan, di pangkunya melda keteras kelas melda tetap
diam. Guru tersebut sangat hangat dan perhatian pada setiap anak.
“hey nak, kenapa hujan hujanan? lain kali kalau menunggu
jemputan tunggu saja di depan kelas atau pergi ke ruang pembimbing” diusap
usapnya rambut hitam melda yang kini membentuk runcingan karena basah dan itu
membuatnya semakin berkilau.
Beberapa menit kemudian keadaan mencair maret mau bicara dan
mereka bertiga pergi ke ruang guru. Didalam ruangan yang ceria dan penuh warna
itu andrea pendiam sedari tadi hanya memperhatikan Maret saja. Lagi lagi guru
itu tidak pernah membuat keadaan sepi selalu saja ada yang ia tanyakan pada maret
bergantian dengan andrea, sekalipun menurut maret sebenarnya pertanyaan
itu tidak penting.
Mereka duduk dalam satu ruangan maret duduk disebelah andrea
dan gurunya dihadapan mereka diatas meja ada beberapa makanan manis dengan
bentuk lucu lucu juga disodorkan dua gelas susu untuk Maret dan andrea. Guru
tersebut begitu perhatian ia mengambil tas melda dan mengeluarkan semua isinya
yang kini basah kuyup.
“bagaimana dengan pakaianmu, kau pasti kedinginan sini buka
bajunya pakai kostum milik kelas dulu saja sampai baju ini kering diangini”
membujuk Maret.
Maret menggeleng tetap mempertahankan prinsipnya yang tiddak
mau hidup repot. tapi guru itu tetap saja mencoba membujuk melda”nanti kau
masuk angin” ujarnya dengan sabar, melda dan guru itu saling bertatapan mata Maret
begitu bening dan hitam. “tiga hari lagi akan ada pensi dan wisuda kelas besar,
kau ikut tampil kan?, tentu kau tidak ingin acara itu kacau karena kau sakit
sendiri sementara teman mu yang lain, mereka akan berpotret bersama dengan guru
besar”
Maret tidak menjawab hanya diam dan tampak pasrah, kini ia
telah berkostum menjadi polisi cilik. Lalu melda bertanya“ibu...siapa?”
“panggil saja ibu retno” sambil tersenyum manis, “sekarang
siapa namamu?”
“maret avriliadavidtz baron, biasa dipanggil maret” jawab Maret
dengan damai
“cantik sekali nama yang bagus, kalau yang ini namanya
siapa?” setelah memberi Maret senyuman lagi bu retno bertanya pada andrea ”kalu
yang ini siapa namanya?”
“andrea stiefh” jawab andrea dengan ramah dan terdengar dari
nadanya mencerminkan sosok yang bijaksana dan anak terhormat. Bu retno
mengacak-acak rambut andrea dan Maret dengan gemas”sepertinya kalian tidak
sekelas, kalian saling berkenalan dulu saja sementara ibu mengeringkan
seragammu” seraya pergi menghilang di balik dinding penyekat antar ruangan
kantor untuk mengeringkan seragam Maret.
Bu retno ini sosok yang
menyenangkan dan dari pancaran matanya terlihat mencerminkan sosok yang cerdas,
gesit cemerlang dan sulit terbaca jalan pikirannya. Sejenak melda menilai sosok guru
yang baru dikenalnya itu. sementara melda masih asik dengan pikirannya sendiri,
andrea mengawali pembicaraan dengan
tanpa basa basi lagi”senang berkenalan denganmu!” sambil menyodorkan tangan
untuk bersalaman
“iya senang berkenalan denganmu juga” Maret menyambut tangan
hangat andrea dan bersalaman
“kenapa tidak menunggu dikelas saja?” minum susu hangat
“kau sedang sakit?” tanya melda
“tidak, hanya sedikit pusing. Kau belum menjawab
pertanyaanku!”
“oh, tidak sudah lama aku tidak merasakan kehujanan. Apa Kau tahu gedung apa yang ada di ujung jalan
raya itu?” melda menunjuk jalan raya
“ujung yang mana?”
“arahnya ke selatan”
Pembicaraan mereka tampaknya semakin serius dan terdengar
akrab walau terhitung baru saling mengenal
“apa yang kau maksud gedung walet?”
“iya, menurutmu bagaimana keadaan di dalam gedung itu?”
“kotor dan menjijikan, pasti banyak kotoran burung walet.
Lagi pula siapa yang mau masuk dan mengetahui keadaan disana?”
“tentu saja ada orang disana, mereka adalah para yakuza”
“apa mereka menjaga walet?”
“kau ini kenapa sih, aku tidak sedang membicarakan waletnya!”
“lalu apa?”
“rupanya kau belum tahu? ” melda setengah menyesal karena
telah menanyakan hal itu pada orang yang sama sekali tidak tahu apa- apa
tentang gedung walet
Andrea hanya merespon dengan tatapan aneh kebingungan dan
mengangkat satu alisnya
Ya ampun, anak ini
polos sekali apa aku harus menceritakan apa yang ku alami padanya supaya ia
tahu? Ah tidak usah deh, tapi bagaimana kalau dia korban berikutnya? Tapi bagus
sih anak ini masih polos, kalau aku kasih tahu mungkin dia akan percaya padaku.
Sambil melihat ke andea Melda menimbang nimbang apa dia harus
menceritakan pengalamannya atau tidak, sementara di lain sisi dia menggerutu
dia suka denngan anak yang masih polos seperti andrea.
“ada apa?” andrea dingin
“mm. Begini pertama tama, apa kau tahu yakuza itu apa?”
“kau bilang kan orang!”
“iya, Mereka adalah orang orang asing yang tak dikenal dan
pasti jika semua orang mengetahui keberadaan mereka, orang orang tidak akan
suka dengan kelompok asing itu”
“lalu memangnya apa yang dilakukan kelompok itu?”
“mereka bukan orang yang baik mereka adalah penjahat,
menculik, menjual dan membunuh orang.”
“o benarkah? Kau tahu dari mana? itu ....”andrea mulai menunjukkan
rasa tertarik untuk menanyakan hal itu lebih banyak lagi
“aku tahu... Karena aku melihatnya sendiri” melda setengah
ragu untuk mengatakannya karena takut ia tidak percaya dengan apa yang barusan
melda katakan
Apakah dia akan
percaya? Tapi sepertinya dia tertarik untuk
mendengarkan cerita ini.
“itu keren, maret. Bagaimana mungkin
anak seusiamu yang masih duduk di bangku Tk a bisa membuat khayalan seindah
itu?” andrea menganggap itu hanya
hayalan dan mimpi melda saja
Sama saja. Setiap orang
sama saja, kenapa begitu susah membuat orang percaya padahal aku tahu apa yang
terjadi sebenarnya, adakah orang yang bisa membantuku?
“Andrea!” melda dingin
“apa? Ayo teruskan ceritanya, aku serius itu keren! bahkan
aku saja yang suka mengkhayal tidak pernah terpikirkan akan hal itu, bagaimana
kalau hal itu benar benar terjadi? Tapi kenapa kau berpikir kalau mereka
bersembunyi di gedung walet? ”
“aku tidak suka becanda, dan aku tidak suka mengkhayal”jawab
melda dengan nada sedikit ketus
“kau marah? Maafkan aku, aku berjanji akan selalu setia
mendengar ceritamu” andrea setengah membujuk melda, lalu di perhatikannya lekat
lekat melda disampingnya. Melda diam tak begeming. “ayolah,...”andrea menarik
tangan melda dan bicara dengan nada memaksa
“diam jangan bicara lagi diluar hujan!” kata melda mencoba
mengalihkan pembicaraan
“sebenarnya aku tidak peduli itu nyata atau tidak tapi aku
ingin tahu bagaimana kelanjutan ceitanya? Kau ingin aku mempercayai itu semua?
Baiklah aku percaya padamu dan kita akan jadi teman baik selamanya selama kau
masih mau bercerita padaku!.”Andrea mengoceh sendiri sementara melda tetap
diam”tentang apapun itu semuanya akan ku dengar, melda... kau diam saja, kau
dengar aku?”
“aku baru tahu ternyata kau lebih cerewet dari bu retno!”
jawab melda lirih
“aku begini karena aku ingin membuatmu percaya padaku”kata
andrea sambil terus memperhatikan melda dari samping. Melda tak kunjung
menengok padanya
Tahu rasa gimana
rasanya kalau ada orang yang tak mau percaya pada kitakan? Kalau dilihat dari
tingkah lakunya sepertinya anak ini punya rasa ingin tahu yang sangat tinggi
dan dia bisa dipercaya. Kenapa tidak ku ceritakan saja padanya ya? Biar saja
dia menganggap hal itu hanya khayalan ku ,yang penting dia tahu ceritanya, eh
tapi jangan deh soalnya nih orang agak nyebelin tapi lucu juga kalau buat dia
terus terusan penasaran! Biar saja dia penasaran kalau perlu mati penasaran he..he
Setelah beberapa menit kemudian suasana diluar tampak gaduh
karena banyak mobil dan orang walau keadaanya sedang hujan juga terdengar lirih
sirine mobil polisi. Setelah dilihat dari jendela oleh melda dan andrea,
ternyata benar di luar gerbang hingga halaman sekolah ramai mobil polisi dan
sebuah mobil mewah berwarna hitam, melda tahu betul siapa yang akan keluar dari
mobil mewah hitam itu, dia sudah menduga ini akan terjadi. Sementara andrea
kebingungan dan tampak pucat karena dia takut melihat polisi dan pistol selain
itu juga diperparah karena memang dia sedang sakit. Lalu bu retno menyadari
keramaian itu dan langsung keluar dari ruangan yang sedari tadi menjadi tempat
bersembunyinya (mengeringkan seragam melda) untuk melihat apa yang terjadi.
Para polisi dan orang orang itu mendekat pada bu retno yang
tengah melihat mereka di teras depan kantor pembimbing.
“selamat siang bu!”tanya seorang polisi
“siang pa, ini ada apa ya pak?” buretno kebingingan
“kami dari kepolisian pusat bogor mendapat laporan dari
orangtua salah satu murid ibu yang kehilangan anaknya sejak pagi tadi”
Bu retno hanya diam
masih kebingungan....bu retno dan orangtuanya melda bersalaman saling
memperkenalkan diri
“begini bu tadi pagi kami kehilangan kontak dengan anak kami
beberapa jam setelah kami meninggalkannya untuk bersekolah, lalu setelah di
pejalanan kami baru tersadar kami kehilangan signal...” belum sempat ibu melda
menceritakan apa yang terjadi, suaminya menyela
“ibu anak kami adalah murid disini namanya maret abaron kelas
a besar ” kata ayahnya melda tergesa gesa
“ah, dia ada di dalam, tadi saya melihatnya sendirian
digerbang dan kehujanan, saya pikir dia sedang menunggu jemputan dan tidak
terjadi apapun padanya sehingga saya tidak terpikir untuk menelpon orang tuanya
apalagi polisi saya tidak tahu bahwa kejadiannya seperti itu, maafkan saya
membuat semuanya cemas”
“apa bu, ada di gerbang? Kami pagi tadi kami kesini untuk
memastikan anak kami baik baik saja, dan hasilnya nihil kami lanngsung melapor
atas laporan anak hilang, apa ibu tidak mengajar di kelas anak saya?”
“tidak, saya tutor baru disini sejak dua minggu yang lalu,
begitu banyak murid disini sehingga saya belum bisa mengenali semua murid saya”
Kini mereka tengah
menuju ruang pembimbing dan akan segera mendapati melda disana. Sementara
didalam ruang itu andrea semakin berkeringat panas dan dingin
“andrea, kau benar benar sakit ya? ”
“aku baik baik saja Cuma pusing sedikit dan mual, mungkin
masuk angin”
“mereka, orang tuaku datang bersama kawanan polisi”
“ada apa?”
“kapan kau pulang?”
“setelah ibuku menjemput”
“ tapi kau akan sendirian disini, ayo orang tuaku akan
bersedia mengantarmu pulang”
“aku bilang ada apa kenapa ada banyak polisi?”
“memang orang tuaku terlalu berlebihan, ayo”
Keluarga kecil itu bertemu kembali. Melda, ayahnya dan
ibunya.
“melda, melda sayang ayah mohon kali ini kamu harus
memberikan keterangan yang lengkap pada pak polisi supaya semuanya cepat
selesai, dan kamu akan aman”
“sudah mas, lebih baik kita pulang dulu. Pak polisi kami
mohon maaf atas kelalaian dan kelambatan informasi mengenai kasus ini, saya
pikir hanya melda yang tahu pelakunya. Dan kalau bapak ingin anak saya
memberikan keterangan sepertinya melda akan lebih nyaman dirumah saja”kata avry
ibunya melda
“iya bu kami akan terus menggali, sampai kami temukan titik
terang dari semua ini. Kami juga sudah membuat jadual untuk menemui nak melda
di rumah” ujar salah seorang polisi
“sekarang anak kami sudah bersama kami!”kata avry pada salah
seorang poisi dan pada bu retno sambil
tersenyum lega tapi masih terlihat gurat ketegangan pada raut mukanya yang
cantik
“kalau begitu kami pamit bu, pak dan ini jadual baru
pertemuan kita”
“kami mengucapkan terimakasih banyak”
Seketika mobil mobil polisi mulai pergi satu persatu dengan
sirine yang kabur tenggelam derasnya hujan siang itu. mereka berpamitan pada bu retno dan
mengucapkan terima kasih karena telah mengamankan melda. Juga andrea ketika itu
ikut dengan keluarga melda untuk dintar pulang.
Didalam mobil...avry hanya memandang anaknya sebentar lalu
berpaling dan memandang kosong ke jendela mobil memperhatikan setiap titik air
hujan yang jatuh menimpa kaca, sementara dalmar, suaminya memperhatikan
tinngkah sang istri dan melihat ke arah melda lewat kaca tengah mobil dan sibuk
mengendarai mobil. Selama beberapa menit suasana hening kecuali melda dan
andrea mereka tetap saling bicara.
“kalau boleh aku tahu, sebenarnya ada apa denganmu?, kau di
culik?”
“itu bukan apa- apa, aku baik baik aja kok” menjawab andrea
sambil mengangkat tangan dan sebelah alisnya pertanda itu bukan masalah besar
bagi melda
“bukan apa apa, apanya?, melda kamu diculik” kata ibunya tiba
tiba
“iya aku tahu mom!”
“gimana kalau kamu ga bisa pulang terus ga ada yang nolong,
kamu disiksa dan.. kamu tidak pulang lagi nak?”
“buktinya aku baik saja mereka hanya menutup mataku dan
membuatku tertidur, membawaku kesuatu tempat asing lalu menngajakku menonton
sesuatu yang mereka sebut adalah pertunjukan ...”
“apa, pertunjukan apa, ayo katakan pada mamah”
“bagaimana penculikan terjadi, perampokan, dan pembunuhan
anak di bawah umur...”kata melda dengan santai seolah semuanya sudah biasa
“bagaimana mereka melakukannya?”
“lewat video!” jawab melda dengan enteng
Seketika orangtuanya terkejut begitupun andrea yang berada
disampingnya tidak menyangka, dan laju mobil berkurang lalu berhenti sejenak,
ayahnya kepo
“katakan siapa yang melakukan semua itu sama kamu?”kata
ayahnya kini menghadap melda tepat di depan mukanya
“orang yang tidak dikenal,,tinggi dan putih”
“apa ayah mengenalnya?” kata dalmar
“pertanyaan ayah konyol, bagaimana aku bisa tahu kalau ayah
mengenalinya atau tidak?”
“apa saja yang dia katakan selama kamu bersamanya? ”
“iya ceritakan semuaaanya yang kamu alami pada kita melda,
ayo sayang biar semuanya terungkap. ini
sudah kesekian kalinya kamu menghilang diculik, kita harus membereskan semuanya
dengan cepat atau kami tidak akan ada dirumah untuk menjagamu dalam beberapa
bulan nanti!”
“tidak ada, tidak ada lagi cerita untuk hari ini. Aku cape
ayah, mom!”
“o, maafkan kami sayang, kita akan segera pulang. Ayo ayah!”
kata ibunya
Mobil kembali melaju ...melda begitu tidak suka ayahnya
bertanya banyak padanya tentang apa yang dialaminya. Di lain sisi andrea kepo,
entah sejak kapan anak laki-laki itu merasa suka dan tertarik dengan melda yang
selalu memberinya kejutan tak terduga sejak pertemuan pertamanya siang tadi di
sekolah, menurutnya perempuan itu harus membuat laki laki penasaran dan melda
sudah memilikinya.
“benarkah? Apa maksudnya mereka mengajarimu trik trik untuk
melakukan kejahatan kejahatan itu?” tanya andrea lirih dan setengah tidak yakin
melda akan menaggapi pertanyaanya, tapi ternyata melda menjawab bahkan tidak
terlihat darinya rasa kesal atau marah apada andrea
“terserah, menurutmu? kau tidak percaya aku?” dengan ekspresi
yang polos
“tapi kau telah berbohong padaku!”kata andrea setengah
berbisik dengan nada kecewa
“apa?”
“kau bilang tidak terjadi apapun padamu, katanya kau hanya
ingin merasakan air hujan makannya kau hujan hujanan di sekolah”
“aku memang hanya ingin merasakan air hujan! Kejadiann siang
itu sudah tidak ada hubungannya dengan yang terjadi padaku pagi hari, dan
sekarang juga sudah berbeda ceritanya. Sekarang aku dan kau satu mobil ayahku
mengantarmu pulang dan kita masih saling bicara”
“kenapa nadamu seperti marah padaku?”
“aku tidak marah! Kau masih bisa bicara denganku besok pagi”
Andrea terdiam dan setelah memastikan bahwa ia percaya melda
ia kembali disibukkan dengan pikirannya sendiri yang kini sedang pusing.
Beberapa menit kemudian melda diam dan setelah orangtuanya tersadar mereka
membawa anak orang lain ayahnya melda bertanya.
“melda, siapa nama teman barumu ini?”melihat melalui kaca
Melda tidak menjawab
“saya andrea, om!”andrea menjawab
“rumahnya dimana?”
“di depan tugu belok kiri”
“o di BTN indah, tinggal dengan siapa?”
“saya tinggal bersama orangtua saya sejak enam bulan yang
lalu”
“om antar ya sampai depan rumah, nanti bilang stop aja kalau
kelebihan!” ujar ayahnya melda dengan ramah dan hangat
“makasih om!”
Dalmar tersenyum tipis.
Hujan masih deras. Mobil belok kiri dan mulai memasuki kawasan
BTN indah, sepi. Lumayan jauh dari jalan raya mobil berhenti. Andrea keluar
setelah mengucakan terima kasih pada orangtuanya melda dan juga melda. Ia
berlari menuju pintu rumah tak disangka ibunya melda juga keluar berlari, dan
menemui ibunya andrea yang baru saja siap siap menjemput andrea.
“ibu...”
“dre, pulang sama siapa?”
“sama keluarganya maret”
“halo, selamat siang
saya ibunya maret”
Bersambung...