Jumat, 23 November 2018

Cikal Novel Delhi Purple Saphire


Text Box: DELHI PURPLE SAPPHIREDidunia ini ada beberapa orang yang mengaku bahwa dirinya pernah melompati waktu, berjelajah ke masa depan ataupun kemasa lampau. Mereka menyebutnya perhentian waktu atau percepatan waktu, apapun namanya ada sebagian yang percaya dan ada sebagian yang tidak dan menganggap itu hanya khayalan dan mimpi. Seandainya aku ceritakan pada orang lain tentang apa yang telah kualami beberapa minggu terakhir masa dimana aku mendapat libur panjang akhir semester dengan menjelajah ke masa lampau pasti tidak akan ada yanag percaya. Bahkan aku sendiri belum percaya, mungkinkah hanya khayalan alam bawah sadar anak remaja yang terbawa mimpi? Mimpi yang tiap malamnya bersambung?. Beberapa hari yang lalu aku gencar browsing di internet tentang waktu perhentian waktu, menjelajah waktu, sampai reinkarnasi semuanya semakin kacau membuatku bingung melantur kemana- mana, hasilnya aku mendapatkan informasi bahwa didunia ini ada beberapa orang yang memang sudah menjelajah waktu, ingin sekali rasanya bertemu mereka untuk menanyakan pengalamannya dan berharap mereka bisa membantuku mengatasi semua yang terjadi padaku, yah,, setidaknya aku akan merasa nyaman dan tidak merasa sendiri kesepian ketakutan didunia yang sekarang kutapaki (masa aku hidup sungguhan). Kesan pertama aku mengalaminya, aku benar- benar shock, pertama aku biasa saja mungkin hanya mimpi biasa tapi ternyata semuanya berubah menjadi bioskop yang begitu nyata di mataku, dan akulah pemeran utamanya. Menjelajah waktu itu seperti mimpi yang panjang dan buruk karena setiap malam mimpi itu terulang dan besambung sekalipun kau bertahan begadang demi tidak  memimpikan mimpi buruk itu, kau akan tetap kalah dan mulai terjerumus dalam mimpi buruk yang panjanng itu.

Semua berawal ketika disekolah aku selalu memperhatikan kakak kelasku yang aku kagumi ‘Agis’ hingga suatu hari aku merasa dia juga memperhatikanku. Aku mengerti kejadian itu jelas tidak terdengar ada hubungannya engan petualangan yang ku alami, bukan?

Bersambung...




Cikal Novel The Cloning of Melda


Jangan berjanj jika kau tidak sanggup untuk menepatinya!

Kisahku dulu adalah kisah yang sangat berharga dalam hidupku namun juga sangat mengerikkan untuk diingat. Terkadang ketika kau tidak dapat membuat orang lain percaya padamu kau harus membuktikannya seorang diri kebenaran tersebut. Menurutku tidak ada yang lebih penting ketika kita ingin hidup berbaur dengan yang lain selain dari kepercayaan orang pada kita, karena ketika orang tak lagi menyimpan kepercayaan pada kita disitu kita orang yang sendiri dan tak dianggap bahkan diinjak injak, seperti halnya aku yang dulu selalu diacuhkan terlebih oleh orangtuaku sendiri mereka lebih percaya orang asing dibanding anak sulungnya.

Tlak...tlak...tlak perlahan namun pasti dilorong sekolah yang sunyi dan hening Melda berjalan dengan santainya melewati beberapa kelas yang sedang berlangsung kegiatan belajar mengajar. Di jam kedua itu tidak ada satupun siswa yang berada diluar kelas. Tiba-tiba terdengar suara menggema

“ woy, mau kemana lo? Bolos lagi ya? ” suara lelaki yang tidak terlalu berteriak tapi menggema  keseluruh koridor itu membuat melda menghentikan langkahnya dan berbalik ke belakang untuk sekadar menjawab pertanyaan membosankan itu, dilihatnya Andrea berdiri di depan kelasnya, dia adalah sahabat Melda kecil di taman kanak-kanak dan kini mereka baru bertemu kembali dibangku SMU setelah 9 tahun lamanya mereka tak pernah bertemu. “ iya gue izin ya, mau bolos ” jawab Melda dengan santai kemudian berjalan kembali meneruskan langkahnya.

Melda dulu bukanlah Melda yang sekarang Bahkan bukan Melda yang akan datang. Kepribadian ganda yang dimiiki Melda sejak dia ditinggalkan oleh kedua oangtuanya kadang membuatnya tidak bisa kontrol diri. Pagi disekolah kalau sedang dalam keadaan baik dia adalah siswa cerdas juga ramah dan  baik hati pada setiap orang, semakin siang dia tidak karuan sampai sore menjelang malam kadang dia tidak berperilaku seperti seorang pelajar.

Tidak banyak temannya yang mengetahui keseharian Melda karena memang dia tidak punya banyak teman selama dua tahun terakhir duduk di bangku SMU, selain itu diketahui guru- gurunya mengenal Melda sebagai sosok yang pendiam dan tertutup, namun begitu dia adalah salah satu siswa berprestasi di sekolahnya dengan nilainya yang tak pernah turun dan buruk tapi sangat disayangkan dia juga termasuk siswa dengan kepribadian terburuk dalam satu angkatannya karena terlalu sering absen karena bolos pada jam pelajaran.

Selama dua tahun itu Melda sudah tujuh kali di skors dan dua kali peringatan akan di DO, dengan begitu dua kali lagi Melda melakukan pelanggaran dia akan benar- benar di DO dari sekolah karena sudah tidak bisa ditoleran lagi kalau bukan karena prestasinya yang pernah beberapa kali mengharumkan nama sekolah, guru-gurupun sudah tidak bisa berbuat apa apa lagi, namun itu tak membuatnya jera, entah apa yang ada dalam pikirannya.

Beberapa menit dia masih berjalan jalan di sekitar lingkungan sekolah tak membuat hatinya was- was, bagaimana kalau dia di tangkap penjaga sekolah lalu diseret ke ruang wakasek kesiswaan untuk yang kesekian kalinya dia tidak takut dengan wakasek kesiswaan bahkan kepala sekolah sekalian. Didikan orangtuanya dulu dan kehidupannya sekarang yang membuatnya tak kenal takut.

Sementara dia berjalan dengan pikiran kosong berkelibatan ingatan ingatan masa kecilnya. Masa dimana ia merasa ia adalah anak sulung yang paling bahagia di dunia ini, setiap apa yang diinginkannya selalu dia dapatkan dengan segera setelah ia katakan pada orangtuanya, teman teman yang menyenangkan selalu mengajaknya bermain, dia selalu mendapatkan perhatian lebih dari siapapun yang mengetahui keberadaanya di sekitar mereka bahkan guru- guru nya di taman kanak- kanak membuat sebagian orangtua murid yang lain merasa iri.

Mengapa dia di perlakukan seperti itu? tentu saja karena derajat orangtuanya. Ayahnya memiliki perusahaan kertas mentah terbesar di Asia, Ibunya tercatat sebagai perempuan karir terkaya seAsia yang kini akan membuka sebuah cagar industri kayu lapis di Auponhia pulau mangole kepulauan sula- maluku utara dengan saham yang sebagian masih diluar pantauan keamanannya yang terbesar di.....................hampir setiap bulan mereka akan pergi keluar kota, keluar pulau bahkan luar negeri dan tentu melda serta merta mereka ajak kalau melda libur sekolah, walau demikian melda sangat menyayangi orangtuanya, setiap malam diucapkannya bahwa dia akan membuat semuanya baik- baik saja dan akan tetap seperti itu keadaannya. Dia percaya sesuatu tidak akan berubah kecuali ada yang merubahnya termasuk hidup yang dia nikmati saat itu.

kemudian dia teringat pada Andrea, sahabat karibnya ketika di taman kanak- kanak. Jelas dia masih sangat mengingat apa yang telah di laluinya bersama Andrea. Suatu hari Melda tidak tahu bahwa sejak saat itu kehidupan indahnya akan segera berubah, orangtuanya terlibat konflik terlebih ayahnya yang kini tengah ada yang ingin menuntutnya yaitu orang asing asal brunei bernama Laguas f yang ia percayai untuk memegang bagian terpenting di perusahaan kertas milik ayahnya, diketahui orang itu juga adalah kuasa hukum ibunya melda yang memegang seperempat sahamnya di brunei sana. Tidak diketahui apa akar masalahnya yang pasti ada kejanggalan yang diduga motif abstrak yang diciptakan oleh  Laguas sendiri.

Belakangan Lguas sering berkunjung ke rumah Melda dan beberapakali bertemu dengannya. Melda tidak pernah menyukai orang tersebut karena di nilainya dia terlalu baik dan terlihat mencuri perhatian  ibunya dengan bersikap bijaksana dan baik hati bak seorang pahlawan. Namun ternyata lama kelamaan ia mengajukan tuntutan pada beberapa pengadilan negeri di indonesia dan brunei juga di kamboja bahwa ayahnya telah melibatkan setengah dari seperempat saham istrinya yang di pegang Laguas, meski sebenarnya orangtua melda tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, justru Laguas yang membuat kobaran api dan ribut sendiri, selain itu ia juga membuat berita yang begitu nyata bahwa ayahnya melda tergabung komplotan pencuri kelas kakap di korea dan memasukkan hasil curiannya kedalam saham istrinya sebagai ganti saham yang telah terpakai olehnya. Kemudian cerita itu semakin gamblang lagi ia ajukan bahwa setelah beberapa bulan tertangkap pantauan Laguas ayahnya memerintahkan beberapa bawahannya untuk membunuh antek antekan Laguas diketahui juga sudah ada tiga pihak yang melaporkan ayah melda yakni keluarga korban. Begitu rumit masalah yang menghadang ayahnya melda namun belum ada bukti yang cukup kuat dari pihak ayahnya. Dua bulan diserang habis habisan dan ibunya sering mendapat teror mengerikkan begitu pula melda, sudah tiga kali melda hampir diculik oleh kawanan tak  dikenal.

Ketika itu hari jum’at, hujan didaerah bogor serasa tiada hentinya setiap hari suhu udara rendah dan tanah selalu basah terlebih di musim penghujan. Maret kecil berdiri seorang diri di gerbang sekolahnya dengan badan menggigil basah kuyup, ia tidak menangis ia adalah anak yang tegar, ketika itu sekolah sudah sepi semua murid dan orangtuanya sudah pulang. Tanpa sepengetahuan maret rupanya disana juga ada andrea yang belum pulang nasibnya sama seperti melda belum ada yang menjemput biasa jam jam siang di puncak macet apalagi mendekati musim libur. Andrea kecil menunggu di dalam kelas ia sedang sakit ia termenung dijendela kelas menatap kosong ke arah gerbang tidak ada rasa takut dalam benaknya meski sendirian. Lalu seorang guru datang untuk mengunci pintu namun mengetahui masih ada seorang anak yang masih berada didalam kelas, lantas guru itu bertanya

”kenapa belum pulang? Andrea?”menghampiri sambil melihat nameteks yang tertera di seragam andrea. ibu guru itu tidak dikenalnya karena tidak mengajar di kelasnya.

Andrea menatap guru itu, lalu menjawab” ada anak perempuan kehujanan disana, bu. Mungkin ia sedang menunggu jemputan tapi kenapa dia tidak menyerah meski kehujanan sejak tadi, dan dia tidak terlihat menangis” katanya.

Ibu guru memandang ke gerbang tapi tidak menemukan siapapun disana ”dimana?” sambil berjalan bersama andrea keluar kelas.

Maret menoleh kebelakang ke arak kelas di sebrang lapangan terbuka yang penuh dengan arena permainan. Dilihatnya seorang anak lelaki dengan perempuan setengah baya sedang memperhatikannya. Serta merta dengan segera perempuan itu berlari menghampiri maret dan mendapati maret yang dingin dan dalam kebekuan, di pangkunya melda keteras kelas melda tetap diam. Guru tersebut sangat hangat dan perhatian pada setiap anak.

“hey nak, kenapa hujan hujanan? lain kali kalau menunggu jemputan tunggu saja di depan kelas atau pergi ke ruang pembimbing” diusap usapnya rambut hitam melda yang kini membentuk runcingan karena basah dan itu membuatnya semakin berkilau.

Beberapa menit kemudian keadaan mencair maret mau bicara dan mereka bertiga pergi ke ruang guru. Didalam ruangan yang ceria dan penuh warna itu andrea pendiam sedari tadi hanya memperhatikan Maret saja. Lagi lagi guru itu tidak pernah membuat keadaan sepi selalu saja ada yang ia tanyakan pada maret bergantian dengan andrea, sekalipun menurut maret sebenarnya pertanyaan itu  tidak penting.

Mereka duduk dalam satu ruangan maret duduk disebelah andrea dan gurunya dihadapan mereka diatas meja ada beberapa makanan manis dengan bentuk lucu lucu juga disodorkan dua gelas susu untuk Maret dan andrea. Guru tersebut begitu perhatian ia mengambil tas melda dan mengeluarkan semua isinya yang kini basah kuyup.

“bagaimana dengan pakaianmu, kau pasti kedinginan sini buka bajunya pakai kostum milik kelas dulu saja sampai baju ini kering diangini” membujuk Maret.

Maret menggeleng tetap mempertahankan prinsipnya yang tiddak mau hidup repot. tapi guru itu tetap saja mencoba membujuk melda”nanti kau masuk angin” ujarnya dengan sabar, melda dan guru itu saling bertatapan mata Maret begitu bening dan hitam. “tiga hari lagi akan ada pensi dan wisuda kelas besar, kau ikut tampil kan?, tentu kau tidak ingin acara itu kacau karena kau sakit sendiri sementara teman mu yang lain, mereka akan berpotret bersama dengan guru besar”

Maret tidak menjawab hanya diam dan tampak pasrah, kini ia telah berkostum menjadi polisi cilik. Lalu melda bertanya“ibu...siapa?”

“panggil saja ibu retno” sambil tersenyum manis, “sekarang siapa namamu?”

“maret avriliadavidtz baron, biasa dipanggil maret” jawab Maret dengan damai

“cantik sekali nama yang bagus, kalau yang ini namanya siapa?” setelah memberi Maret senyuman lagi bu retno bertanya pada andrea ”kalu yang ini siapa namanya?”

“andrea stiefh” jawab andrea dengan ramah dan terdengar dari nadanya mencerminkan sosok yang bijaksana dan anak terhormat. Bu retno mengacak-acak rambut andrea dan Maret dengan gemas”sepertinya kalian tidak sekelas, kalian saling berkenalan dulu saja sementara ibu mengeringkan seragammu” seraya pergi menghilang di balik dinding penyekat antar ruangan kantor untuk mengeringkan seragam Maret.

Bu retno ini sosok yang menyenangkan dan dari pancaran matanya terlihat mencerminkan sosok yang cerdas, gesit cemerlang dan sulit terbaca jalan pikirannya. Sejenak melda menilai sosok guru yang baru dikenalnya itu. sementara melda masih asik dengan pikirannya sendiri, andrea  mengawali pembicaraan dengan tanpa basa basi lagi”senang berkenalan denganmu!” sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman

“iya senang berkenalan denganmu juga” Maret menyambut tangan hangat andrea dan bersalaman

“kenapa tidak menunggu dikelas saja?” minum susu hangat

“kau sedang sakit?” tanya melda

“tidak, hanya sedikit pusing. Kau belum menjawab pertanyaanku!”

“oh, tidak sudah lama aku tidak merasakan kehujanan. Apa  Kau tahu gedung apa yang ada di ujung jalan raya itu?” melda menunjuk jalan raya

“ujung yang mana?”

“arahnya ke selatan”

Pembicaraan mereka tampaknya semakin serius dan terdengar akrab walau terhitung baru saling mengenal

“apa yang kau maksud gedung walet?”

“iya, menurutmu bagaimana keadaan di dalam gedung itu?”

“kotor dan menjijikan, pasti banyak kotoran burung walet. Lagi pula siapa yang mau masuk dan mengetahui keadaan disana?”

“tentu saja ada orang disana, mereka adalah para yakuza”

“apa mereka menjaga walet?”

“kau ini kenapa sih, aku tidak sedang membicarakan waletnya!”

“lalu apa?”

“rupanya kau belum tahu? ” melda setengah menyesal karena telah menanyakan hal itu pada orang yang sama sekali tidak tahu apa- apa tentang gedung walet

Andrea hanya merespon dengan tatapan aneh kebingungan dan mengangkat satu alisnya

Ya ampun, anak ini polos sekali apa aku harus menceritakan apa yang ku alami padanya supaya ia tahu? Ah tidak usah deh, tapi bagaimana kalau dia korban berikutnya? Tapi bagus sih anak ini masih polos, kalau aku kasih tahu mungkin dia akan percaya padaku.

Sambil melihat ke andea Melda menimbang nimbang apa dia harus menceritakan pengalamannya atau tidak, sementara di lain sisi dia menggerutu dia suka denngan anak yang masih polos seperti andrea.

“ada apa?” andrea dingin

“mm. Begini pertama tama, apa kau tahu yakuza itu apa?”

“kau bilang kan orang!”

“iya, Mereka adalah orang orang asing yang tak dikenal dan pasti jika semua orang mengetahui keberadaan mereka, orang orang tidak akan suka dengan kelompok asing itu”

“lalu memangnya apa yang dilakukan kelompok itu?”

“mereka bukan orang yang baik mereka adalah penjahat, menculik, menjual dan membunuh orang.”

“o benarkah? Kau tahu dari mana? itu ....”andrea mulai menunjukkan rasa tertarik untuk menanyakan hal itu lebih banyak lagi

“aku tahu... Karena aku melihatnya sendiri” melda setengah ragu untuk mengatakannya karena takut ia tidak percaya dengan apa yang barusan melda katakan

Apakah dia akan percaya? Tapi sepertinya dia tertarik untuk  mendengarkan cerita ini.

itu keren, maret. Bagaimana mungkin anak seusiamu yang masih duduk di bangku Tk a bisa membuat khayalan seindah itu? andrea menganggap itu hanya hayalan dan mimpi melda saja

Sama saja. Setiap orang sama saja, kenapa begitu susah membuat orang percaya padahal aku tahu apa yang terjadi sebenarnya, adakah orang yang bisa membantuku?

“Andrea!” melda dingin

“apa? Ayo teruskan ceritanya, aku serius itu keren! bahkan aku saja yang suka mengkhayal tidak pernah terpikirkan akan hal itu, bagaimana kalau hal itu benar benar terjadi? Tapi kenapa kau berpikir kalau mereka bersembunyi di gedung walet? ”

“aku tidak suka becanda, dan aku tidak suka mengkhayal”jawab melda dengan nada sedikit ketus

“kau marah? Maafkan aku, aku berjanji akan selalu setia mendengar ceritamu” andrea setengah membujuk melda, lalu di perhatikannya lekat lekat melda disampingnya. Melda diam tak begeming. “ayolah,...”andrea menarik tangan melda dan bicara dengan nada memaksa

“diam jangan bicara lagi diluar hujan!” kata melda mencoba mengalihkan pembicaraan

“sebenarnya aku tidak peduli itu nyata atau tidak tapi aku ingin tahu bagaimana kelanjutan ceitanya? Kau ingin aku mempercayai itu semua? Baiklah aku percaya padamu dan kita akan jadi teman baik selamanya selama kau masih mau bercerita padaku!.”Andrea mengoceh sendiri sementara melda tetap diam”tentang apapun itu semuanya akan ku dengar, melda... kau diam saja, kau dengar aku?”

“aku baru tahu ternyata kau lebih cerewet dari bu retno!” jawab melda lirih

“aku begini karena aku ingin membuatmu percaya padaku”kata andrea sambil terus memperhatikan melda dari samping. Melda tak kunjung menengok padanya

Tahu rasa gimana rasanya kalau ada orang yang tak mau percaya pada kitakan? Kalau dilihat dari tingkah lakunya sepertinya anak ini punya rasa ingin tahu yang sangat tinggi dan dia bisa dipercaya. Kenapa tidak ku ceritakan saja padanya ya? Biar saja dia menganggap hal itu hanya khayalan ku ,yang penting dia tahu ceritanya, eh tapi jangan deh soalnya nih orang agak nyebelin tapi lucu juga kalau buat dia terus terusan penasaran! Biar saja dia penasaran kalau perlu mati penasaran he..he

Setelah beberapa menit kemudian suasana diluar tampak gaduh karena banyak mobil dan orang walau keadaanya sedang hujan juga terdengar lirih sirine mobil polisi. Setelah dilihat dari jendela oleh melda dan andrea, ternyata benar di luar gerbang hingga halaman sekolah ramai mobil polisi dan sebuah mobil mewah berwarna hitam, melda tahu betul siapa yang akan keluar dari mobil mewah hitam itu, dia sudah menduga ini akan terjadi. Sementara andrea kebingungan dan tampak pucat karena dia takut melihat polisi dan pistol selain itu juga diperparah karena memang dia sedang sakit. Lalu bu retno menyadari keramaian itu dan langsung keluar dari ruangan yang sedari tadi menjadi tempat bersembunyinya (mengeringkan seragam melda) untuk melihat apa yang terjadi.

Para polisi dan orang orang itu mendekat pada bu retno yang tengah melihat mereka di teras depan kantor pembimbing.

“selamat siang bu!”tanya seorang polisi

“siang pa, ini ada apa ya pak?” buretno kebingingan

“kami dari kepolisian pusat bogor mendapat laporan dari orangtua salah satu murid ibu yang kehilangan anaknya sejak pagi tadi”

Bu retno  hanya diam masih kebingungan....bu retno dan orangtuanya melda bersalaman saling memperkenalkan diri

“begini bu tadi pagi kami kehilangan kontak dengan anak kami beberapa jam setelah kami meninggalkannya untuk bersekolah, lalu setelah di pejalanan kami baru tersadar kami kehilangan signal...” belum sempat ibu melda menceritakan apa yang terjadi, suaminya menyela

“ibu anak kami adalah murid disini namanya maret abaron kelas a besar ” kata ayahnya melda tergesa gesa

“ah, dia ada di dalam, tadi saya melihatnya sendirian digerbang dan kehujanan, saya pikir dia sedang menunggu jemputan dan tidak terjadi apapun padanya sehingga saya tidak terpikir untuk menelpon orang tuanya apalagi polisi saya tidak tahu bahwa kejadiannya seperti itu, maafkan saya membuat semuanya cemas”

“apa bu, ada di gerbang? Kami pagi tadi kami kesini untuk memastikan anak kami baik baik saja, dan hasilnya nihil kami lanngsung melapor atas laporan anak hilang, apa ibu tidak mengajar di kelas anak saya?”

“tidak, saya tutor baru disini sejak dua minggu yang lalu, begitu banyak murid disini sehingga saya belum bisa mengenali semua murid saya”

Kini  mereka tengah menuju ruang pembimbing dan akan segera mendapati melda disana. Sementara didalam ruang itu andrea semakin berkeringat panas dan dingin

“andrea, kau benar benar sakit ya? ”

“aku baik baik saja Cuma pusing sedikit dan mual, mungkin masuk angin”

“mereka, orang tuaku datang bersama kawanan polisi”

“ada apa?”

“kapan kau pulang?”

“setelah ibuku menjemput”

“ tapi kau akan sendirian disini, ayo orang tuaku akan bersedia mengantarmu pulang”

“aku bilang ada apa kenapa ada banyak polisi?”

“memang orang tuaku terlalu berlebihan, ayo”

Keluarga kecil itu bertemu kembali. Melda, ayahnya dan ibunya.

“melda, melda sayang ayah mohon kali ini kamu harus memberikan keterangan yang lengkap pada pak polisi supaya semuanya cepat selesai, dan kamu akan aman”

“sudah mas, lebih baik kita pulang dulu. Pak polisi kami mohon maaf atas kelalaian dan kelambatan informasi mengenai kasus ini, saya pikir hanya melda yang tahu pelakunya. Dan kalau bapak ingin anak saya memberikan keterangan sepertinya melda akan lebih nyaman dirumah saja”kata avry ibunya melda

“iya bu kami akan terus menggali, sampai kami temukan titik terang dari semua ini. Kami juga sudah membuat jadual untuk menemui nak melda di rumah” ujar salah seorang polisi

“sekarang anak kami sudah bersama kami!”kata avry pada salah seorang poisi dan pada bu retno  sambil tersenyum lega tapi masih terlihat gurat ketegangan pada raut mukanya yang cantik

“kalau begitu kami pamit bu, pak dan ini jadual baru pertemuan kita”

“kami mengucapkan terimakasih banyak”

Seketika mobil mobil polisi mulai pergi satu persatu dengan sirine yang kabur tenggelam derasnya hujan siang itu.  mereka berpamitan pada bu retno dan mengucapkan terima kasih karena telah mengamankan melda. Juga andrea ketika itu ikut dengan keluarga melda untuk dintar pulang.

Didalam mobil...avry hanya memandang anaknya sebentar lalu berpaling dan memandang kosong ke jendela mobil memperhatikan setiap titik air hujan yang jatuh menimpa kaca, sementara dalmar, suaminya memperhatikan tinngkah sang istri dan melihat ke arah melda lewat kaca tengah mobil dan sibuk mengendarai mobil. Selama beberapa menit suasana hening kecuali melda dan andrea mereka tetap saling bicara.

“kalau boleh aku tahu, sebenarnya ada apa denganmu?, kau di culik?”

“itu bukan apa- apa, aku baik baik aja kok” menjawab andrea sambil mengangkat tangan dan sebelah alisnya pertanda itu bukan masalah besar bagi melda

“bukan apa apa, apanya?, melda kamu diculik” kata ibunya tiba tiba

“iya aku tahu mom!”

“gimana kalau kamu ga bisa pulang terus ga ada yang nolong, kamu disiksa dan.. kamu tidak pulang lagi nak?”

“buktinya aku baik saja mereka hanya menutup mataku dan membuatku tertidur, membawaku kesuatu tempat asing lalu menngajakku menonton sesuatu yang mereka sebut adalah pertunjukan ...”

“apa, pertunjukan apa, ayo katakan pada mamah”

“bagaimana penculikan terjadi, perampokan, dan pembunuhan anak di bawah umur...”kata melda dengan santai seolah semuanya sudah biasa

“bagaimana mereka melakukannya?”

“lewat video!” jawab melda dengan enteng

Seketika orangtuanya terkejut begitupun andrea yang berada disampingnya tidak menyangka, dan laju mobil berkurang lalu berhenti sejenak, ayahnya kepo

“katakan siapa yang melakukan semua itu sama kamu?”kata ayahnya kini menghadap melda tepat di depan mukanya

“orang yang tidak dikenal,,tinggi dan putih”

“apa ayah mengenalnya?” kata dalmar

“pertanyaan ayah konyol, bagaimana aku bisa tahu kalau ayah mengenalinya atau tidak?”

“apa saja yang dia katakan selama kamu bersamanya? ”

“iya ceritakan semuaaanya yang kamu alami pada kita melda, ayo sayang biar semuanya terungkap.  ini sudah kesekian kalinya kamu menghilang diculik, kita harus membereskan semuanya dengan cepat atau kami tidak akan ada dirumah untuk menjagamu dalam beberapa bulan nanti!”

“tidak ada, tidak ada lagi cerita untuk hari ini. Aku cape ayah, mom!”

“o, maafkan kami sayang, kita akan segera pulang. Ayo ayah!” kata ibunya

Mobil kembali melaju ...melda begitu tidak suka ayahnya bertanya banyak padanya tentang apa yang dialaminya. Di lain sisi andrea kepo, entah sejak kapan anak laki-laki itu merasa suka dan tertarik dengan melda yang selalu memberinya kejutan tak terduga sejak pertemuan pertamanya siang tadi di sekolah, menurutnya perempuan itu harus membuat laki laki penasaran dan melda sudah memilikinya.

“benarkah? Apa maksudnya mereka mengajarimu trik trik untuk melakukan kejahatan kejahatan itu?” tanya andrea lirih dan setengah tidak yakin melda akan menaggapi pertanyaanya, tapi ternyata melda menjawab bahkan tidak terlihat darinya rasa kesal atau marah apada andrea

“terserah, menurutmu? kau tidak percaya aku?” dengan ekspresi yang polos

“tapi kau telah berbohong padaku!”kata andrea setengah berbisik dengan nada kecewa

“apa?”

“kau bilang tidak terjadi apapun padamu, katanya kau hanya ingin merasakan air hujan makannya kau hujan hujanan di sekolah”

“aku memang hanya ingin merasakan air hujan! Kejadiann siang itu sudah tidak ada hubungannya dengan yang terjadi padaku pagi hari, dan sekarang juga sudah berbeda ceritanya. Sekarang aku dan kau satu mobil ayahku mengantarmu pulang dan kita masih saling bicara”

“kenapa nadamu seperti marah padaku?”

“aku tidak marah! Kau masih bisa bicara denganku besok pagi”

Andrea terdiam dan setelah memastikan bahwa ia percaya melda ia kembali disibukkan dengan pikirannya sendiri yang kini sedang pusing. Beberapa menit kemudian melda diam dan setelah orangtuanya tersadar mereka membawa anak orang lain ayahnya melda bertanya.

“melda, siapa nama teman barumu ini?”melihat melalui kaca

Melda tidak menjawab

“saya andrea, om!”andrea menjawab

“rumahnya dimana?”

“di depan tugu belok kiri”

“o di BTN indah, tinggal dengan siapa?”

“saya tinggal bersama orangtua saya sejak enam bulan yang lalu”

“om antar ya sampai depan rumah, nanti bilang stop aja kalau kelebihan!” ujar ayahnya melda dengan ramah dan hangat

“makasih om!”

Dalmar tersenyum tipis.

Hujan masih deras. Mobil belok kiri dan mulai memasuki kawasan BTN indah, sepi. Lumayan jauh dari jalan raya mobil berhenti. Andrea keluar setelah mengucakan terima kasih pada orangtuanya melda dan juga melda. Ia berlari menuju pintu rumah tak disangka ibunya melda juga keluar berlari, dan menemui ibunya andrea yang baru saja siap siap menjemput andrea.

“ibu...”

“dre, pulang sama siapa?”

“sama keluarganya maret”

 “halo, selamat siang saya ibunya maret”

Bersambung...